Mencermati Ancaman Bencana Seulawah Agam
December 1st, 2010 | Published in Disaster
Perihal gunungapi Seulawah Agam
G. Seulawah Agam
Gunung berbentuk strato ini secara administratif terletak di Kecamatan Seulimeum, Kabupaten Aceh Besar, Propinsi Aceh. Selain dikenal sebagai Seulawah Agam, gunung yang memiliki tinggi 1726 mdpl ini memiliki nama-nama lain seperti , Solawa Agam, Solawaik Agam, Selawadjanten, dan Goldberg. Kawah Seulawah Agam dikenal sebagai Kawah Heutsz dan ada juga yang menyebut kawahnya sebagai Tanah Simpago.
Menurut Pos Pemantau gunung api yang terletak di Desa Lambaro Tunong, Kecamatan Seulimeum, Selama abad ke 19 dan 20, beberapa kegiatan vulkanik yang tercatat adalah tahun 1600, Tanggal 12 dan 13 Januari 1839, dan tahun Tanggal 16 dan 21 Agustus 1975 terdengar suara gemuruh dan asap keluar dari G. Seulawah Agam.
Berdasarkan catatan sejarah letusannya, Seulawah Agam tidak menunjukan kegiatan yang berarti sejak tahun 1600. Peta Daerah Bahaya G. Seulawah Agam dibuat didasarkan atas keadaan topografi, morfologi, sifat-sifat letusannya dan sebaran produk letusan di masa lampau. Berdasarkan parameter tersebut, Peta Daerah Bahaya G. Seulawah Agam dibuat terdiri dari Daerah Bahaya dan Daerah Waspada.
Daerah Bahaya
Daerah Bahaya meliputi daerah dengan jari-jari ±5 km dari titik kegiatan, jarak terpendek 3 km ke arah baratlaut, sedangkan jarak terjauh 12.5 km ke arah barat daya, yaitu sepanjang sungai yang berhulu di puncak. Adapun sungai tersebut adalah; Krueng Blang Bla, Krueng Uteun, Kueng Bleeng dan Krueng Kumureue. Luas daerah bahaya ± 12.155 km2.
Daerah Waspada
Daerah ini meliputi daerah dengan jari-jari ± 8 km dari titik kegiatan, dengan jarak terdekat 8 km ke arah baratlaut dan jarak terjauh 18.5 km ke arah baratdaya, yaitu sepanjang sungai yang berhulu di puncak. Daerah ini merupakan perluasan dari daerah bahaya dengan luas seluruhnya 129.20 km2.
Namun demikian, berdasarkan pengalaman efek sebaran abu gunung merapi Jogjakarta dimana abunya dapat mencapai lebih dari sebaran yang diperkirakan, ada baiknya kita mencermati untuk memikirkan suatu modifikasi peta risiko bencana gunungapi Seulawah Agam. Beberapa pemetaan yang dilakukan dengan analisis GIS telah dibuat sebagai upaya pengurangan risiko bencana gunungapi yang kemungkinan ditimbulkan. Upaya ini akan semakin baik jika mendapatkan perencanaan yang partisipatif dari desa-desa yang termasuk ke dalam zona bahaya dan waspada. Sering pula pengetahuan lokal yang diimplementasikan dan tersimpan dengan baik di dalam kultur masyarakat sekitarnya dapat mewujudkan rencana aksi yang dapat dijadikan sebagai tata laksana baku pengurangan risiko bencana gunungapi Seulawah Agam. Catatan ini semakin diperlukan mengingat paradigma yang masih melekat di tataran masyarakat, LSM, dan pemerintah kabupaten, baik eksekutif maupun legislatif bahwa pengurangan risiko bencana adalah tanggap darurat. Sebagaimana kita ketahui, paradigma bencana yang semula dianggap sebagai ‘Tanggap Bencana’ telah berubah menjadi Pengurangan Risiko Bencana, dimana dimaksudkan lebih mengedepankan persiapan-persiapan yang dapat mengurangi terjadinya bencana, mengurangi kerentanan, mengurangi ancaman, dan sebaliknya meningkatkan kapasitas.
Teks: Dari berbagai sumber
GIS: Abdillah Imron Nasution/2010