Forum Pengurangan Risiko Bencana Aceh
November 26th, 2010 | Published in Disaster | 1 Comment
Kruee Seumangat Forum PRB di Aceh
Pendahuluan
Aceh memiliki luas wilayah 57.365,57 km2, secara geografis terletak pada 02°-06° LU dan 095°-098° BT yang berhadapan langsung dengan samudra Hindia dan Selat Malaka dengan rupa bumi yang sangat variatif, dari kawasan pesisir hingga kawasan dataran tinggi serta dengan kemirangan relative hingga kemiringan curam. Situasi geologis yang rukit ini menjadikan Aceh rentan terhadap bencana alam baik itu bencana hidrologis, meteorologist, geologis dan bencana lainnya.
Permasalahan
Sejarah kebencanaan di Aceh membuktikan bahwa hampir semua jenis bencana pernah terjadi di Tanah Rencong ini. Mulai dari banjir, tanah longsor, letusan gunung berapi, kekurangan air hingga benca super dasyat pada 26 Desember 2004 yaitu gempa dan tsunami. Begitu banyak korban jiwa dan kerugian material yang dialami saat bencana dating sehingga memerlukan sebuah langkah kongkrit dari berbagai elemen baik itu pemerintah, lembaga swadaya masyarakat hingga organisasi akademisi.
Pemerintah Aceh bekerjasama dengan UNDP merencanakan terbentuknya sebuah wadah yang bernama Forum Pengurangan Risiko Bencana Aceh dengan melibatkan seluruh unsur organisasi yang bergerak dibidang Pengurangan Risiko Bencana.
Salah satu organisasi yang terlibat dalam kongres Forum Pengurangan Risiko Bencana Aceh adalah Karst Aceh. Karst Aceh telah menunjukkan eksistensinya selaku organisasi yang memiliki visi Pemberdayaan masyarakat dengan partisipasi aktif masyarakat sebagai pelaku pembangunan yang berwawasan lingkungan. Acara ini berlangsung selama dua hari yaitu mulai tanggal 25 s/d 26 November 2010 bertempat di Aula Hotel Regina Banda Aceh.
Hasil Kegiatan
Drs. Asmadi Syam selaku ketua pelaksana Acara memberikan ucapan terimakasih kepada para peserta kongres yang dihadiri lebih kurang 96 organisasi baik dari pemerintah, lembaga swadaya masyarakat dan tokoh masyarakat, dan acara ini dibuka oleh Gubernur Aceh yang diwakili oleh Muksin Majid selaku Staf alih gubernur. Dalam pidatonya beliau sangat mendukung terbentuknya Forum Pengurangan Risiko Bencana Aceh dan diharapkan dengan adanya forum ini masyarakat dapat lebih siapsiaga dalam menghadapi bencana yang tidak diketahui kapan datangnya.
Acara yang berlangsung selama dua hari ini memiliki beberapa agenda pokok yaitu sidang pleno pembuka, sidang pleno I dan sidang pleno II. Pada sidang pleno pembuka membahas tentang pengesahan peserta kongres, pengesahan jadwal acara,tata tertib dan pemilihan pimpinan sidang defenitif. Sidang pleno dipimpin oleh ketua pelaksana kegiatan.
Setelah terpilihnya enam orang pimpinan sidang defenitif yang diketuai oleh TM. Zulfikar maka sidang dilanjutkan ke sidang pleno I yang membahas tentang pengesahan statuta yang menjadi dasar hukum dari forum ini. Draf statuta yang telah disusun oleh tim perumus dianggap sudah sangat layak oleh anggota forum sehingga tidak memerlukan waktu yang lama untuk disahkan tanpa ada perubahan sedikitpun.Pada sidang pleno I ini sempat terjadi perdebatan serius antara peserta sidang tentang status statuta akan tetapi perdebatan itu dapat diselesaikan dengan ketegasan pimpinan sidang.
Tanpa membutuhkan waktu yang lama, sidang pleno II pun dibuka.
Ini merupakan agenda inti dari Kongres Pengurangan Risiko Bencana karena membahas tentang pemilihan ketua Forum Pengurangan Risiko Bencana tiga tahun kedepan. Setelah membahas tentang kriteria bakal calon ketua dan perangkat kerja Forum PRB Aceh maka para bakal calonpun mulai bermunculan yang diusul dari anggota Forum.
Ir. Ferry Suferija, TM. Zulfikar, Cut Faisal Saputra, Usman Budiman dan M. Hamzah merupakan bakal calon yang diusulkan oleh peserta forum. Akan tetapi pada saat pemaparan visi dan misi serta menyatakan kesediannya untuk menjadi ketua Forum PRB Aceh, tiga diantara mereka mengundurkan diri sehingga hanya tinggal dua calon ketua yaitu Ir. Ferry Suferija dan Cut Faisal Saputra.
Dalam pemaparan visi dan misi Ir. Ferry Suferija terlihat lebih menguasai materi dan berpengalaman dibidang Pengurangan Risiko Bencana. sedangkan Cut Faisal Saputra agak kurang menguasai materi dan kurang berpengalaman dalam penangganan pengurangan risiko bencana, akan tetapi beliu lebih berpengalaman dalam hal pemberdayaan dan peningkatan kapsitas masyarakat.
Kedua calon memiliki kelebihan dan kekurangan, dan tiba saat yang ditunggu-tunggu yaitu pemilihan. Pemilihan dilakukan secara voting dan hasil voting menunjukan Cut Faisal Saputra keluar sebagai pemenang dengan jumlah 57 suara sedangan saudara Ferry hanya mengantongi 38 suara.
Dengan terpilihnya saudara Cut Faisal Saputra maka acarapun berakhir dengan penutupan oleh ketua pelaksana kegiatan. Semoga pemimpin Forum Pengurangan Risiko Bencana Aceh dapat menjalankan tugas dan tanggung jawabnya agar masyarakat Aceh dapat menjadi masyarakat yang telah siapsiaga dalam mengahadapi bencana dengan memberikan pemahaman dan melibatkkan masyarakat secara langsung dalam program kerjanya. Amien..
Wassalam
Teuku Adhe
November 27th, 2010at 4:55 pm(#)
Ulasannya bagus dhe.