PEMBELAJARAN DARI ACEH SINGKIL

March 18th, 2014  |  Published in Disaster

Hikmah Pembelajaran Simulasi Banjir Aceh Singkil

Pemerintah Kabupaten Aceh Singkil dalam hal ini BPBD dan Karst Aceh bersama-sama dengan IOM-USAID serta komponen di daerah telah merampungkan Peta Risiko Bencana Aceh Singkil. Selanjutnya, hasil kajian peta ini menempatkan bahwa ancaman banjir merupakan risiko bencana tertinggi yang berpotensi terjadi di Aceh Singkil. Potensi ini dihitung berdasarkan tingkat ancaman, tingkat kerugian baik itu jiwa, ekonomi, dan lingkungan serta tingkat kapasitas Aceh Singkil itu sendiri, Berdasarkan hal itu, BPBD telah menitikberatkan sebuah perencanaan kontinjensi banjir. Rencana Kontinjensi Banjir Kabupaten Aceh Singkil telah diinisiasi secara lintas pelaku, lintas sektor dan lintas fungsi secara terintegrasi. Rangkaian proses pembuatan dokumen ini antara lain peningkatan kapasitas sumber daya manusia, pertemuan teknis, serta table top exercise yang terkumpul dalam sebuah draft dokumen Rencana Kontinjensi Banjir.

Draft Rencana Kontinjensi Banjir Pemerintah Daerah Kabupaten Aceh Singkil telah diinisiasi secara lintas pelaku, lintas sektor dan lintas fungsi secara terintegrasi berdasarkan ruang lingkup perencanaan kontinjensi yang diamanatkan oleh Badan Nasional Penanggulangan Bencana. Kegiatan ini telah dilaksanakan pada tanggal 23-26 Oktober 2013 di Aceh Singkil. Salah satu poin penting dari draft tersebut adalah disepakatinya Skenario Kedaruratan Banjir Kabupaten Aceh Singkil Setelah proses penyusunan draft rencana kontinjensi dan dihimpun dalam suatu dokumen, kegiatan selanjutnya yang diperlukan untuk menghadapi kejadian bencana adalah menguji ketepatan Rencana Kontinjensi yang dibuat, maka perlu dilakukan uji coba dalam bentuk Table Top Exercise (TTX). Kegiatan TTX yang dilaksanakan pada tanggal 28 November 2013 di Aceh Singkil adalah uji coba langkah-langkah yang harus dilakukan untuk menghadapi kemungkinan terjadinya suatu bencana. Kegiatan ini, biasanya masih berupa uji coba awal yang dilakukan di atas meja dengan melatihujikan keberfungsian dan distribusi sumberdaya organisasi penyusun struktur komando tanggap darurat yang komandoi oleh Badan Penanggulangan Bencana Daerah. Pada tahap selanjutnya, diperlukan sebuah simulasi untuk melatih-ujikan koordinasi dan pengerahan sumberdaya Kabupaten Aceh Singkil dalam menanggulangi banjir dikemudian hari. Dari kegiatan ini, setidaknya dapat diketahui kerjasama antar dua lapis penyokong penanggulangan bencana di kabupaten ini, yaitu lapisan pemerintah dan lapisan masyarakat. Untuk itu sangat dibutuhkan beberapa kegiatan pendukung untuk menghasilkan kegiatan simulasi yang baik. Beberapa kegiatan pendukung tersebut antara lain: pelatihan kegawatdaruratan, sosialisasi dan fasilitasi sistim peringatan dini, pelatihan camp management, serta gladi posko. Namun, dikarenakan keterbatas anggaran beberapa kegiatan pendukung tersebut tidak dapat dilaksanakan.

TUJUAN
Kegiatan simulasi ini bertujuan untuk:

  1. Memposisikan dan mensosialisasikan BPBD sebagai Komandan Tanggap Darurat kepada semua pihak.
  2. Menjalankan Standard Operational Procedure (SOP) Tanggap Darurat sebagai dasar tinjauan dan perbaikan dari mekanisme operasi darurat yang terdokumentasi di dalam rencana kontinjensi banjir Aceh Singkil.
  3. Mengetahui tempat evakuasi sementara (TES) serta sosialisasi kepada semua pihak bahwa Desa Sei Batang adalah tempat evakuasi aman (TEA) Kabupaten Aceh Singkil.
  4. Dari kegiatan ini juga kita harapkan akan lahir beberapa rekomendasi pendukung seperti jalur dan tempat evakuasi serta peningkatan kapasitas masyarakat.

CAPAIAN
Komando Tanggap Darurat adalah BPBD

Sebagaimana kita ketahui, mekanisme penanggulangan bencana yang dianut dalam penanggulangan bencana adalah mengacu pada UU No 24 Tahun 2007 Tentang Penanggulangan Bencana dan Peraturan Pemerintah No 21 Tahun 2008 tentang Penyelenggaraan Penanggulangan Bencana. Dari peraturan perundang-undangan tersebut, dinyatakan bahwa Pada saat Darurat, BPBD bersifat koordinasi, komando dan pelaksana. Berdasarkan amanah undang-undang tersebut, lingkup simulasi dalam skala kabupaten yang dilakukan telah berhasil dikomandoi oleh BPBD dengan melibatkan 180 orang dari masyarakat dan 65 orang yang berasal dari instansi terkait seperti Dinkes, Dinsos, PMI, Setdakab, TNI/POLRI,
RAPI, dan kecamatan.

BPBD dalam persiapan dan pelaksanaan kegiatan simulasi sudah mulai menunjukkan perannya sebagai institusi yang diamanahkan oleh Undang-undang sebagai komandan tanggap darurat. Rapat koordinasi untuk mempersiapkan kegiatan ini yang beberapa kali dilaksanakan telah dipimpin oleh BPBD. Beberapa kegiatan koordinasi telah menghasilkan
kebijakan bahwa kegiatan simulasi bencana yang semula akan dilaksanakan oleh berbagai LSM lainnya, telah diputuskan untuk dilaksanakan serentak dengan dikomandoi oleh BPBD dan Karst Aceh sebagai mitra IOM-USAID memfasilitasi mobilisasi dilingkup institusi dan sebagian masyarakat.  Dalam lingkup persiapan administrasi, peran aktif BPBD juga telah mulai muncul. Dimana dalam beberapa audiensi dengan berbagai institusi, BPBD telah menunjukkan posisi SEKDA sebagai Kepala BPBD ex-officio dan perannya dalam kegiatan simulasi.

Dalam kegiatan simulasi, BPBD yaitu Kalak, Sekretaris, Kabid Kesiapsiagaan, TRC, Kabid Tanggap Darurat, dan Tim Tanggap Daruratnya telah menyadari perannya masing-masing dalam operasi tanggap darurat. Demikian pula dengan beberapa institusi yang masuk ke dalam organisasi tanggap darurat seperti TNI, POLRI, PMI, DINKES, DINSOS, RAPI, dan
Setdakab.

Penerapan SOP
BPBD bersama-sama dengan komponen di daerah dan lembaga non pemerintahan seperti Karst Aceh telah menindaklanjuti dokumen rencana kontinjensi banjir sebagai landasan dalam penanggulangan banjir di Aceh Singkil. Kegiatan ini, masih berupa uji coba yang dilakukan di lapangan dengan melatih-ujikan keberfungsian dan distribusi sumberdaya pelaku kebencanaan di Aceh Singkil yang komandoi oleh Badan Penanggulangan Bencana Daerah.

Dalam penerapan SOP, pelaku di BPBD yang telah melaksanakan fungsinya dengan baik adalah Kabid Tanggap Darurat. Pelaku ini telah berhasil memimpin mobilisasi sumber daya kabupaten dalam melaksanakan operasi tanggap darurat. Dari kegiatan ini juga telah mendapatkan bahwa masyarakat akan bergerak dulu ke TES untuk menunggu tim tanggap darurat membawa mereka ke TEA. Di samping itu, TRC akan bergerak ke masing-masing TES untuk mendapatkan data yang valid untuk selanjutnya diserahkan ke Media Center Berdasarkan hal ini, skema SOP yang telah ditetapkan dalam Draft Renkon Banjir Aceh Singkil akan diperbaiki kembali untuk memasukkan mekanisme ini ke dalamnya. Untuk itu, skema SOP diperbaiki lagi menjadi sesuai hasil simulasi yangtelah dilaksanakan. Skema SOP penanggulangan banjir yang telah direvisi berdasarkan hasil simulasi dapat dilihat pada skema di bawah ini:


 

Dalam penerapan simulasi di lingkup masyarakat, sangat terlihat bahwa masih dibutuhkan kegiatan-kegiatan pendukung seperti yang diungkapkan sebelumnya. Dalam beberapa koordinasi, dapat disimpulkan bahwa BPBD masih membutuhkan peran LSM untuk memfasilitasi upaya-upaya peningkatan kapasitas masyarakat dalam pengurangan risiko bencana.

HAMBATAN

  1. Pada awalnya kegiatan ini akan dibuka oleh SEKDA Aceh Singkil, namun dikarenakan pada hari yang sama terjadi demonstrasi warga sehingga SEKDA tidak jadi berpartisipasi di kegiatan ini. Hal ini membuat tingkat keseriusan peserta menjadi berkurang.
  2. Koordinasi internal di BPBD yang belum berjalan maksimal.

 

REKOMENDASI

  1. Mendampingi BPBD secara aktif untuk memfasilitasi peningkatan kapasitas masing-masing staf BPBD
  2. Penguatan BPBD untuk mendampingi masyarakat dalam menentukan Sistim Peringatan Dini di desa
  3. Pembuatan rambu jalur evakuasi dari TES ke TEA
  4. Perbaikan jalan dan jembatan dari TES ke TEA

Leave a Response

You must be logged in to post a comment.