KAWASAN KARST DAN KONSERVASI

October 23rd, 2008  |  Published in Entrance  |  11 Comments

Oleh: Abdillah Imron Nasution

Makalah Pendidikan dan Pelatihan Kader Konservasi Tingkat SMU se-NAD 16-20 Juni 2008 di Banda Aceh.

Abstrak

Fenomena eksokarst dan endokarst yang tidak terpisahkan dalam aplikasi ilmu-ilmu speleologi dan karstologi diperlukan dalam upaya menetapakan suatu pola pemanfaatan kawasan atau menetapkan kawasan konservasi yang mempunyai pengertian tidak hanya melindungi, tetapi juga bagaimana memanfaatkan sumber daya yang ada di wilayah tersebut agar tetap lestari fungsi-fungsinya dalam kesatuan ekosistem. Mengetahui dan menerapkan nilai kawasan karst sebagai sarana pendidikan yang didukung oleh beberapa ilmu dan aplikasi di lapangan sangat dibutuhkan dalam mewujudkan pemanfaatan sumber daya alam agar tetap dapat dinikmati secara trans generasi.

Kata Kunci: speleologi, karstologi, eksokarst, endokarst, konservasi

Gua dan Kawasan Karst
Ilmu yang mempelajari tentang lingkungan gua dan membahas berbagai aspek fisik dan biologisnya adalah speleologi yang berasal dari kata bahasa Yunani, yaitu Spelaion (Gua) dan Logos (Ilmu). Menurut ketentuan internasional, setiap kegiatan penelusuran gua harus mempunyai tujuan ilmiah dan konservasi. Sedangkan bila untuk tujuan wisata maka hanya diperkenankan pada gua-gua khusus yang telah dibuka sebagai obyek wisata dan telah dikelola secara profesional, lintas sektoral dan terpadu. Bidang ini menyangkut banyak cabang ilmiah dari bidang sains yang lain seperti biologi, geologi, kimia, meteorologi, anthropologi, arkeologi, minerologi, sedimentologi dan juga bidang ilmu yang bersifat sosial seperti ilmu ekonomi, geografi, sosiologi, sejarah, turisme bahkan mistik dan legenda. Berdasarkan tujuan ilmiah ini, speleologi dibedakan dengan aktivitas caving (penelusuran gua) yang segi kepetualangannya lebih diutamakan .

Sejarah ilmu speleologi dimulai pada tahun 1674 oleh John Beaumont seorang ahli bedah dari Samerset Inggris. Beliau melakukan pencatatan laporan ilmiah penelusuran gua sumuran (potholing) yang pertama kali dan diakui oleh British Royal Society. Lebih se-abad setelah itu, tepatnya tahun 1866-1888, masa ini diakui sebagai lahirnya Ilmu Speleologi yang dipelopori oleh Edouard Alfred Martel (1859-1938). Martel memperkenalkan kegiatan penelusuran gua yang berisi metoda yang menggabungkan bidang ilmu riset dasar dalam eksplorasi gua sehingga dapat dilakukan suatu penelitian yang multi disipliner dan interdisipliner. Metoda tersebut diakui oleh para ahli sebagi cara yang paling tepat, konstruktif dan efisien dalam meneliti lingkungan gua. Bahkan tata cara tersebut dianggap sebagai pokok penerapan disiplin, tata tertib, etika dan moral kegiatan speleologi modern pada masa sekarang.

Gua alam hampir 90% terbentuk di dalam formasi batu gamping yang telah mengalami proses pelarutan, yang dikenal sebagai kawasan karst.  Ilmu yang mempelajari bentuk alam batu gamping yang telah mengalami proses karstifikasi itu dinamakan karstologi. Bentuk alam karst ini berbeda dengan bentuk alam batuan lainnya, karena kecuali memiliki komponen di atas permukaan tanah (eksokarst), kawasan karst juga memiliki komponen di bawah tanah (endokarst). Penelitian, studi, dan diskusi fenomena endokarst adalah ruang lingkup ilmu speleologi. Jelaslah bahwa ahli karstologi yang mencurahkan perhatian pada eksokarst, juga wajib memperhatikan endokarst. Ahli speleologi juga secara holistik (menyeluruh) wajib menekuni banyak fenomena di atas gua, karena keterkaitan erat antara komponen eksokarst dan endokarst.

Bila eksokarst terlihat sebagai bentuk alam yang berbeda dari satu kawasan karst dengan kawasan karst lainnya, yang dikenal sebagai geomorfologi karst atau topografi karst, maka endokarst yang ditekuni para ahli speleologi juga menampakkan perbedaan bentuk dan ukuran gua atau ruang bawah tanah. Tidak ada dua gua yang identik bentuk dan ukurannya. Oleh karena itu upaya memisahkan fenomena eksokarst dan endokarst sangatlah tidak tepat. Apalagi untuk menetapakan pola pemanfaatan kawasan atau menetapkan kawasan konservasi dengan memisahkan fenomena-fenomena tersebut, karena fenomena ekso dan endokarst berhubungan sangat erat sekali, saling mempengaruhi, jalin menjalin membentuk suatu jaringan tidak terpisahkan, istilah ini dikenal sebagai the intimate surface-subsurface connection.

Kawasan Karst Sebagai Sarana Pendidikan

Banyak segi ilmu dari kawasan karst sebagai sarana pendidikan. Di negara maju, speleologi dan karstologi sejak dekade enam puluhan sudah diajarkan secara resmi di beberapa ilmu biologi dan geografi. Sarana pendidikan dari penerapan beberapa ilmu ini yang paling banyak diminati adalah biospeleologi, hidrologi, dan geomorfologi karst. Peluang dan tantangan dalam mewujudkan aplikasi gua dan kawasan karst sebagai sarana pendidikan sangat menarik untuk dikaji dan diterapkan. Pengkajian dan penerapannya menjadi lebih jelas dengan terjun dan menyusuri gua dan kawasan karst secara langsung. Sangat dibutuhkan beberapa tambahan pengetahuan pendukung lain untuk mendapatkan hasil kajian dan terapan yang baik, di antaranya adalah ilmu-ilmu dasar dan lanjutan dalam penelusuran gua dan manajemen kegiatan alam bebas.

Membicarakan biospeleologi tidak dapat terlepas dari ekosistem bawah tanah, karena lingkungan kehidupan dalam gua mempunyai kekhususan yang tidak dijumpai di atas permukaan tanah. Pengetahuan biologi yang didapatkan dari kawasan yang merupakan sumber daya alam tidak terbaharukan ini sangat menarik sebagai sarana pendidikan. Beberapa pengetahuan dan ilmu mengenai proses energi di dalam gua yang terbagi ke dalam berbagai zona-zona wilayah yang berbeda sinar mataharinya, jaring-jaring kehidupan atau rantai makanan, dan aspek-aspek biologi lainnya, seperti behaviour, adaptasi, ritme biologis, dan lain sebagainya.

Batuan penyusun kawasan karst adalah batuan yang mudah mengalami proses yang terjadi pada batuan yang mudah larut dalam air (karstifikasi), terutama pada batu gamping yang sudah mengalami patahan, rekahan, atau retakan diikuti dengan terjadinya pelarutan oleh air sehingga terbentuk porositas sekunder dengan bentangan alam yang khas yang disebut karst. Fenomena hidrologi yang terjadi sangat tergantung pada waktu proses karstifikasinya. Kondisi tersebut akan berperan membedakan antara kawasan karst yang satu dengan yang lainnya, yang pada akhirnya berpengaruh pada kondisi lingkungan masing-masing seperti keterdapatan air pertumbuhan pepohonan, penghunian binatang, wisata gua dan sebagainya.

Ada juga di beberapa negara mencurahkan perhatian pada spelokhronologi, yaitu ilmu menentukan umur ornamen gua (speleothem), seperti stalaktit dan stalakmit dengan metode radioisotop. Beberapa peneliti negara maju juga melakukan kajian dalam bidang perubahan iklim zaman purba (paleoklimatologi) kawasan karst dan non karst.

Kawasan Karst dan Permasalahannya

Kawasan karst  di Nanggroe Aceh Darussalam terbagi ke dalam berberapa bagian, yaitu kawasan karst pantai barat yang terbentang di sepanjang Lhok Nga, Lhoong dan Lamno. Kawasan karst tengah yang terdapat di Aceh Tengah, Gle Rajah, dan Ulu Masen, Kawasan Karst Laweung, Kawasan Karst Aceh Timur, serta Kawasan Karst Aceh Tenggara. Sampai saat ini, data komprehensif komponen geologi dan non geologi di kawasan karst  Nanggroe Aceh Darussalam baru sebatas Kawasan karst Naga Umbang Lhok Nga. Kawasan Karst di Indonesia yang sampai saat ini masih membutuhkan studi komprehensif untuk memiliki data dan informasi yang lengkap masih dilakukan di beberapa tempat, seperti di Kawasan Karst Gunung Sewu dan Kawasan Karst Maros di Sulawesi Selatan.

Di kalangan ahli lingkungan, kawasan karst merupakan kawasan yang sangat peka terhadap perubahan lingkungan. Hal ini disebabkan kawasan karst memiliki daya dukung yang rendah, dan sukar diperbaiki jika sudah terlanjur rusak. Kegiatan-kegiatan manusia yang menyebabkan terjadinya kerusakan lingkungan karst antara lain adalah kegiatan penambangan, pertanian, peternakan, penebangan hutan, pembangunan jalan dan pariwisata. Kegiatan tersebut mengakibatkan terjadinya perubahan bentang alam karst, hilangnya mata air, menurunnya keanekaragaman hayati, banjir dan pencemaran air permukaan.

Kawasan ini memiliki fungsi yang beragam termasuk ekonomi, ekologi, maupun sosial budaya khususnya masyarakat yang ada di sekitar kawasan. Sebagian besar kawasan karst telah mengalami degradasi lingkungan akibat belum jelasnya status untuk kawasan itu sendiri. Permasalahan yang kerap terjadi di kawasan karst adalah persepsi dan apresiasi pemerintah dan masyarakat yang masih rendah, dan ahli karst di Indonesia yang masih sangat minim. Ahli hidrologi, arkeologi, paleontologi karst masih sangat langka di Indonesia. Pandangan ahli geologi di Indonesiapun masih cenderung menganggap kawasan karst sebagai bahan galian khususnya untuk bahan baku industri semen dan marmer.

Konservasi Kawasan Karst

Konservasi merupakan berasal dari kata conservation yang terdiri atas kata con (together) dan servare (keep/ save) yang memiliki pengertian mengenai upaya memelihara apa yang kita punya (keep/ save what you have), namun secara bijaksana (wise use). Bila merujuk pada pengertiannya, konservasi didefinisikan dalam beberapa batasan, antara lain :

  1. Konservasi adalah menggunakan sumber daya alam untuk memenuhi keperluan manusia dalam jumlah yang besar dalam waktu yang lama (American Dictionary).
  2. Konservasi adalah alokasi sumber daya alam antar waktu (generasi) yang optimal secara sosial (Randall, 1982).
  3. Konservasi merupakan manajemen udara, air, tanah, mineral ke organisme hidup termasuk manusia sehingga dapat dicapai kualitas kehidupan manusia yang meningkat termasuk dalam kegiatan manajemen adalah survai, penelitian, administrasi, preservasi, pendidikan, pemanfaatan dan latihan (IUCN, 1968).
  4. Konservasi adalah manajemen penggunaan biosfer oleh manusia sehingga dapat memberikan atau memenuhi keuntungan yang besar dan dapat diperbaharui untuk generasi-generasi yang akan datang (WCS, 1980).

Secara keseluruhan dapat diartikan bahwa konservasi sumber daya alam hayati adalah pengelolaan sumber daya alam hayati yang pemanfaatannya dilakukan secara bijaksana untuk menjamin kesinambungan persediaannya dengan tetap memelihara dan meningkatkan kualitas nilai dan keanekaragamannya.

Untuk mewujudkan tujuan tersebut, perlu dilakukan strategi dan juga pelaksanaanya. Berdasarkan beberapa permasalahan dan kondisi kawasan karst saat ini, strategi konservasi kawasan karst antara lain:

  1. Pelestarian fungsi kawasan termasuk pelestarian flora fauna melalui inventarisasi dan pendataan kawasan karst penting yang memuat nilai strategis endo-eksokarst.
  2. Penetapan zonasi kawasan karst berdasarkan peruntukannya terutama kawasan karst yang penting untuk di konservasi.
  3. Pengelolaan kawasan karst dilakukan melalui pendekatan Perda Tata Ruang yang nantinya akan dijadikan dasar pengelolaan konservasi karst.
  4. Konservasi kawasan karst sangat baik dilakukan secara ekosistem dan memperhitungkan seluruh aspek.

Pada dasarnya dalam setiap pemanfaatan sumber daya alam termasuk sumber daya alam karst haruslah memperhatikan konsep pembangunan yang berkelanjutan dan berwawasan lingkungan. Dengan kata lain, mempertahankan atau melestarikan fungsi kawasan karst dalam satu kesatuan eksosistem mempunyai pengertian tidak hanya melindungi, tetapi juga bagaimana memanfaatkan sumber daya yang ada di wilayah karst tetap lestari fungsi-fungsinya dalam kesatuan ekosistem.

Hal ini memberikan pengertian bahwa pemanfaatan sumber daya alam ini harus dilakukan secara ilmu, terencana, rasional, optimal, bertanggung jawab dan sesuai dengan kemampuan daya dukungnya dengan mengutamakan sebesar-besarnya kemakmuran rakyat serta memperhatikan kelestarian fungsi dan keseimbangan lingkungan hidup. Dengan demikian pemanfaatan wilayah karst harus memperhatikan manusia sebagai titik sentral, pemanfaatan secara ilmu dan rasional, mengoptimalkan fungsi sosial dan lingkungan karst, berjangka panjang agar dapat dinikmati anak cucu kita dikemudian hari.

  1. Kesimpulan
    Fenomena eksokarst dan endokarst yang tidak terpisahkan dan dihimpun dalam aplikasi ilmu-ilmu pendukungnya diperlukan dalam upaya menetapakan suatu pola pemanfaatan kawasan atau menetapkan kawasan konservasi.
  2. Peluang dan tantangan dalam mewujudkan pemanfaatan sumber daya aplikasi gua dan kawasan karst sebagai sarana pendidikan sangat menarik untuk dikaji dan diterapkan.
  3. Konservasi, termasuk konservasi kawasan karst mempunyai pengertian tidak hanya melindungi, tetapi juga bagaimana memanfaatkan sumber daya yang ada di wilayah agar tetap lestari fungsi-fungsinya dalam kesatuan ekosistem.
  4. Mengetahui dan menerapkan nilai kawasan karst sebagai sarana pendidikan yang didukung oleh beberapa ilmu dan aplikasi di lapangan sangat dibutuhkan dalam mewujudkan pemanfaatan sumber daya alam agar tetap dapat dinikmati secara trans generasi.

Responses

  1. Frank says:

    November 17th, 2008at 8:00 am(#)

    Menarik sekali..
    kalo ada kiranya file yang bisa di unduh (Download) lebih menarik, karena untuk membaca dan memahami permasalahan ini diperlukan waktu yang agak sedikit panjang..

    =Frank=

  2. Arif Syahrijal says:

    January 13th, 2009at 8:59 am(#)

    Kita support untuk hal2 positif seperti ini, silahkan hub email arif_syahrijal@yahoo.com, untuk diskusi lebih lanjut soal bentang alam karst ini, khususnya buat di lhoknga dan sekitarnya. Salam

    Arif Syahrijal
    Geologist

  3. zol says:

    January 30th, 2009at 8:29 am(#)

    okelah reng. lanjut..

  4. sofyan eyanks says:

    April 6th, 2009at 5:01 am(#)

    kalau ada acara diskusi karts.. mohon kiranya saya dihubungi yaa… kabarin melalui email; eyanks@hotmail.com

  5. Sugiharto says:

    April 6th, 2009at 7:09 am(#)

    Menarik…saya perlu berdiskusi tentang karst…seandainya tdk keberatan. Kebetulan saya tinggal di daerah karst Jateng selatan…Mohon masukan..tris sblmnya

  6. ida says:

    April 12th, 2009at 1:56 pm(#)

    Saya salut dengan kegiatan ini..

  7. wita says:

    July 7th, 2009at 1:58 pm(#)

    saya sangat tertarik dengan karst walaupun pengetahuan saya sangat bsedikit tentang karst, mohon lebih banyak lagi literatur karst terutama karst aceh

  8. kalbu adhi taufik says:

    September 2nd, 2009at 2:17 pm(#)

    menarik sekali. saya punya waktu 5 hari untuk membuat makalah tentang KERUSAKAN LINGKUNGAN HIDUP. Untukitu saya ingin bertanya lebih lanjut lagi. mohon kirim email ke duniabulatbundar@yahoo.co.id

    terimakasih

  9. piriadi says:

    May 31st, 2010at 7:12 am(#)

    ass.

    di bengkulu saat ini lagi kasak kusuk rencana pembangunan pabrik semen.smntra kwasan karst yang rencna akan di eksploitasi brada di HL.jika tidak berkeberatan bantu kita yaa……….,

  10. POTENSI TOPOGRAFI KARST DI GUNUNGKIDUL | Cahyaroma's Blog says:

    June 14th, 2010at 12:35 pm(#)

    […] Imron Nasution. 2008. Kawasan Karst dan Konservasi pada situs http://karstaceh.com/entrance/kawasan-karst-dan-konservasi. Diakses pada 25 April 19.40 […]

  11. eko ardi says:

    August 11th, 2011at 2:23 am(#)

    apakah gua di aceh sudah banyak terpetakan?

    eko ardi
    chief instructor HIKESPI

Leave a Response

You must be logged in to post a comment.