Potensi Mineral Kawasan Karst Naga Umbang Dengan Menggunakan Analisa Indentifikasi Makro
May 14th, 2008 | Published in Entrance | 9 Comments
Oleh Teuku Andika Rama Putra ST, M.Sc
Aceh secara umum adalah sangat kaya dengan bahan-bahan tambang dan mineral berharga yang sampai saat ini masih belum banyak dieksplorasi secara serius baik dari sisi manajerialnya maupun dari sisi teknologinya sendiri. Nanggroe Aceh Darussalam dengan luas daerah sebesar 57,365.57 kilometer persegi mencakupi 1.17 persen dari wilayah indonesia terletak di ujung utara pulau Sumatera, diantara garis lintang 20N-60N dan garis bujur 950E-980E.
Deposit mineral dalam perut bumi sudah terbentuk secara geologi dalam masa yang sangat panjang selama ribuan tahun dan proses tersebut membentuknya menjadi suatu mineral dalam berbagai bentuk dan jenis. Deposit mineral yang terkandung dalam perut bumi Aceh dapat di identifikasi dengan dua cara yaitu secara mikro dan makro.
Identifikasi secara mikro membutuhkan waktu dan biaya yang lebih besar daripada identifikasi makro walaupun memang hasil identifikasi mikro adalah lebih spesifik dan detail dari sisi komposisi dan jenis kandungan batuan mineral tersebut. Namun demikian apabila deposit mineral-mineral tersebut terbentuk secara geologi menjadi suatu bijih mineral dalam bentuk nugget atau semi-nugget dan kandungan mineral tersebut sudah muncul dekat di permukaan bumi sebagai akibat dari pergerakan-pergerakan kerak bumi dan faktor-faktor alam lainnya seperti erosi hujan dan gempa bumi, maka identifikasi makro adalah suatu cara awal yang paling efektif dalam mengidentifkasi deposit mineral-mineral tersebut.
Tujuan
Melakukan identifikasi terhadap jenis-jenis mineral berharga yang ada di kawasan karst Naga Umbang, kecamatan Lhoknga, kabupaten Aceh Besar, NAD dengan cara melaksanakan analisa dan identifikasi secara makro.
Definisi
Identifikasi makro adalah pengamatan fisik secara kasat mata atau observasi terhadap object mineral tertentu berdasarkan sifat-sifat fisik makronya (macro properties) dan data-data yang telah ada.
Data survey (lokasi, waktu dan titik sampel)
Kawasan karst Naga Umbang merupakan salah satu daerah yang memiliki indikasi potensi bahan-bahan galian dan tambang. Berdasarkan data yang diperoleh dalam survey yang telah dilakukan pada daerah Naga Umbang telah ditemukan beberapa indikasi adanya potensi bahan galian.
Jumlah titik sampel yang diambil di Desa Naga Umbang Kecamatan Lhoknga adalah sebanyak 25 buah titik sampel.
Survey yang telah dilaksanakan pada 25 buah titik sampel tersebut berlangsung selama 15 hari yaitu dari tanggal 7 September 2007 sampai dengan tanggal 21 September 2007.
Metode
Metode untuk pengamatan fisik seperti tersebut dalam definisi adalah di lakukan dengan pengamatan dan analisa makro secara menyeluruh terhadap batu-batuan yang mengandungi bijih mineral. Analisa makro dilaksanakan atas dasar dari sifat-sifat fisik batuan itu sendiri.
Sifat-sifat fisik yang dilakukan untuk observasi tersebut diantaranya adalah:
Warna dan impurities,
1. Jenis ukuran butiran,
2. Cleavage,
3. Luster,
4. Tempat atau lokasi ditemukan (topografi, jenis tanah. dll),
5. Kekerasan yang di lihat dari uji gores makro (Mohs scale)
6. Jenis batuannya (rock type)
A. Jenis Batu (rock type)
Identifikasi dengan analisa makro terhadap tiga jenis batuan tersebut dapat dipelajari dari kondisi dan bentuk fisik dari batu-batuan itu yaitu:
Batuan igneous yaitu jenis-jenis batuan yang memiliki sedikit lapisan (layer) dan tekstur (textures), kebanyakan berwarna hitam, putih atau mineral abu-abu dan dapat meyerupai lava beku.
Batuan sedimen yaitu jenis batuan yang diidentifikasi dengan adanya lapisan-lapisan yang berpasir (sandy) atau berbatu tanah liat (clayey rocks/strata), mudah terbelah pada lapisannya, kebanyakan berwarna coklat dan abu-abu, memiliki tanda fossil dan tanda air atau tanda angin.
Batuan metamorfosa diidentifikasi dengan terlihatnya lapisan-lapisan (layers) mineral yang terang dan gelap (foliation), biasanya berat, terdiri dari macam-macam warna dan glittery dari mika.
B. Jenis ukuran butiran (grain size)
Batuan dan mineral juga dapat diidentifikasi secara makro dengan mengamati jenis butiran (grain size). Jenis ukuran butiran memiliki dua nilai ukur yaitu butiran kasar (coarse) yang dapat dilihat dengan mata dan dapat diidentifikasi menggunakan kaca pembesar, dan butiran halus (fine) yang tidak kelihatan dengan mata telanjang dan tidak dapat dilihat dengan hanya menggunakan kaca pembesar.
C. Jenis kekerasan (hardness)
Jenis kekerasan (hardness) memiliki tiga kategori kekerasan yaitu jenis batu keras (hard) menggores kaca (glass) yang biasanya menandakan mineral kuarsa atau feldspar, (kekerasan Mohs 6-7 dan keatas), jenis batu kurang keras (soft) tidak dapat menggores kaca tetapi dapat menggores kuku jari (kekerasan Mohs 3-5), jenis batu sangat tidak keras (very soft) yang dapat digores oleh kuku jari (kekerasan Mohs 1-2). Semua batuan igneous adalah jenis batu keras (hard).
Kekerasan diukur dengan menggunakan skala Mohs. Skala Mohs diperkenalkan oleh Friedrich Mohs pada tahun 1812. Sampai saat ini skala Mohs masih digunakan dan sangat bermanfaat dalam mengidentifikasi mineral secara makro. Dibawah ini adalah sepuluh (10) mineral standar dalam skala Mohs.
1. Talc
2. Gypsum
3. Calcite
4. Fluorite
5. Apatite
6. Feldspar
7. Quartz
8. Topaz
9. Corundum
10. Diamond
Penggunaan skala Mohs adalah dengan menggunakan standar mineral-mineral tersebut diatas dengan menggoreskannya dengan jenis mineral yang akan diidentifikasi. Mineral yang dapat menggoreskan mineral yang lain adalah lebih keras, dan apabila kedua mineral sama-sama tergores maka keduanya adalah mineral yang memiliki kekerasan yang sama. Skala kekerasan Mohs adalah relatif, tetapi untuk tujuan identifikasi makro sudah sangat mencukupi syarat. Kekerasan adalah salah satu cara untuk mengidentifikasi mineral secara makro selain daripada mengidentifikasi sifat-sifat lain seperti yang telah disebutkan diatas. Uji gores untuk menganalisa secara makro juga dapat dilakukan dengan menggunakan bahan abrasif (abrasive materials) seperti kertas pasir (sandy paper). Apabila mineral tersebut tergores maka sudah jelas kekerasannya ada dibawah kuarsa karena kebanyakan kertas pasir dibuat dari bahan kuarsa sebagai material abrasifnya.
D. Cahaya
Identifikasi makro yang dilakukan untuk melihat warna dan impuritis dari fisik luar jenis mineral tertentu akan menggunakan alat-alat seperti senter (light/torch), kamera digital (digital camera), dan lain-lain. Lampu atau cahaya digunakan untuk melihat tingkat transparansi suatu mineral tertentu, apakah mineral itu tembus cahaya (transparence) ataupun tidak (opaque).
E. Tabel-tabel dan daftar rujukan analisa makro
Setelah dilakukan pengamatan fisik, hasil pengamatan kemudian dianalisa dengan menggunakan tabel dan daftar sifat-sifat fisikal dari material atau mineral tersebut. Tabel dan daftar tersebut terbagi dalam dua kategori yaitu kategori batu-batuan (rock) dan jenis mineral (mineral). Tabel rujukan pengamatan makro untuk jenis batu-batuan (rock) yaitu:
1. Tabel jenis batuan igneous (igneous rocks) yang digunakan untuk pegamatan jenis ukuran butirannya, warna, tekstur dan komposisi fisikal.
2. Tabel jenis batuan sedimen (sedimentary rocks) yang digunakan untuk pegamatan jenis kekerasan, ukuran butiran, komposisi dan lain-lain.
3. Tabel jenis batuan metamorfosa (metamorphic rocks) yang digunakan untuk pegamatan jenis foliation-nya, ukuran butiran, warna, kekerasan dan lain-lain.
Tabel rujukan pengamatan makro untuk menentukan jenis mineral yang dihubungkan dengan jenis batu mulianya (gemstones) yaitu:
1. Tabel jenis mineral – batu mulia (minerals to gemstones)
2. Tabel jenis batu mulia – mineral (gemstones to minerals)
Tabel mineral – batu mulia digunakan setelah pengamatan makro dari keadaan fisik jenis batuannya. Dengan demikian, setelah pengamatan makro jenis batuan (rock) dilakukan maka untuk menentukan jenis mineralnya dirujuk kepada tabel minerals to gemstones atau gemstones to minerals.
HASIL DAN REKOMENDASI
A. Hasil survey
Berdasarkan hasil survey yang telah dilakukan dan ditulis dalam lembaran data sheet analisa identifikasi makro dapat diperoleh beberapa kesimpulan. Secara umum kawasan survey di Naga Umbang merupakan daerah yang memiliki beberapa potensi kandungan mineral antara lain, trass, batu gamping/batu kapur, marmer, molibdenum, kalsit, fosfat dan pasir besi. Batu gamping dan trass adalah dua jenis mineral yang memiliki presentase paling besar dari tujuh jenis mineral yang diindikasikan terdapat kandungannya didaerah survey.
Batu gamping umumnya digunakan sebagai bahan baku semen, karbit, sebagai imbuh dalam peleburan dan pemurnian besi, bahan pemutih, penetral keasaman tanah, industri keramik, bahan bangunan dan penggunaan lainnya.
Bahan galian trass terutama dapat dimanfaatkan sebagai bahan campuran dalam pembuatan Portland Puzzalano Cement (PPC) dan pembuatan semen trass kapur, bahan bata cetak (batako), campuran plester serta sebagai tanah urug.
Gambar: Perbandingan jenis mineral berdasarkan hasil identifikasi
B. Rekomendasi
Identifikasi makro adalah salah satu cara yang paling layak dilakukan sebagai langkah awal (preliminary step) untuk mengidentifikasi mineral berharga di Aceh. Hasil identifikasi ini adalah sangat bermanfaat dan sangat mendukung dalam pendataan awal (preliminary data) untuk membuat pemetaan dan database potensi mineral yang ada di Aceh. Hasil identifikasi ini juga diharapkan merupakan langkah maju dalam kebangkitan era pertambangan yang ramah lingkungan di Aceh. Selain itu hasil yang diperoleh dari identifikasi makro juga merupakan salah satu komponen penting dan sebuah keharusan dalam studi kelayakan (feasibility study) untuk mengeksploitasi dan eksplorasi untuk tujuan pembangunan sebuah industri pertambangan ataupun industri lain yang terkait didalamnya
Beberapa kelebihan identifikasi dengan analisa makro adalah apabila dilihat dari sisi teknis, ekonomis dan ekologisnya. Secara teknis identifikasi makro adalah sangat sederhana dan tidak memerlukan kepakaran khusus karena kunci dari keberhasilan analisa makro adalah dari data pendukung mineral itu sendiri (mineral database) yang berupa gambar asli dari mineral tersebut, warna, jenis batu, cleavage dan tempat lokasi ditemukan mineral tersebut. Kelebihan dari sisi ekonomisnya adalah sudah sangat jelas karena identifikasi makro tidak memerlukan biaya yang besar dari peralatan yang akan digunakan maupun dari jenis material yang digunakan, bahkan hampir sama sekali tidak ada energi yang digunakan. Dari sisi ekologisnya juga sudah sangat jelas yaitu identifikasi makro tidak melakukan pengrusakan lingkungan karena tidak adanya eksploitasi dilakukan dalam mengidentifikasi mineral, identifikasi makro hanya melakukan observasi untuk pengumpulan data pendukung bagi menetapkan suatu jenis mineral tertentu. Observasi ini adalah tinjauan langsung ke lokasi tempat ditemukannya jenis mineral tersebut, selanjutnya diadakan studi geologi dan tanah untuk identifikasi mineral sehingga sama sekali tidak ada eksplorasi apalagi eksploitasi dilakukan dalam mengidentifikasi mineral-mineral tersebut dengan identifikasi makro.
May 14th, 2008at 8:30 am(#)
Wah…. keren banget website nya :-“…
May 14th, 2008at 9:24 am(#)
cool..
June 11th, 2008at 4:04 pm(#)
deposit materials nya mana bro,,,,
kok gak keliatan di grafiknya,,,,,,
gold,,,glory & gaspel……………………..
June 26th, 2008at 4:49 am(#)
minta tabel mineral yang lengkap banget donx….plissss!!PENTING
July 14th, 2008at 9:07 am(#)
Data yang ada cukup menggelitik tetapi kita butuh gambaran yang lebih jelas sehingga tidak hanya sekedar data yang ngak bisa digunakan sebagai suatu acuan untuk penelitian lebih lanjut.
July 16th, 2008at 6:53 am(#)
Teori tentang kekeresan nano ada nga?
October 7th, 2008at 3:45 am(#)
kasi tw karasteristik setiap batuan donk…
buat bahan..
trims
November 10th, 2008at 12:42 pm(#)
wah” bgs bgd tp gk ada gambar na lain kali di kasik ya biar aq bisa ambil tuh bwd tugas aq ^_6
January 1st, 2009at 1:13 pm(#)
Kawasan karst, kecamatan Lhoknga, kabupaten Aceh Besar, NAD. Termasuk di formasi apa ya??? apakah sudah dilakukan pengeboran?? Apakah kawasan tersebut ada di Zona Alterasi/ Malihan??
terima kasih..